Sabtu, 18 Februari 2012

Sekar Dandanggulo, ya salah satu tembang Jawa favorit saya. Di antara cakepan jenis mocopat yg sempat saya putar kasetnya berulangkali sehingga bisa hapal. Uniknya pita kaset rekaman sebuah cerita wayang kulit dengan judul " Wisanggeni Lahir " ini justru saya "nderes" (istilah mengkaji ulang hasil mengaji agama) sekitar th.2003 saat bekerja di Malaysia, nah !

Salah satu teman satu rumah sewa di daerah Syah Alam , Selangor yang pandemen kesenian Jawa, membeli satu paket pita kaset rekaman itu di Kualalumpur, Kalau tidak salah Ki Dalang Anom Suroto yang menyutradarai dan sekaligus pemeran utama pentas wayang orang itu. Di saat malam atau saat longgar di rumah sewa tidak ada pengajian kami sering memutar lakon wayang itu. Sedang saat menjelang tidur kita tidak jarang tune radio Johor yang memutar lagu-lagu keroncong, menerbangkan lamunan dan kenangan seakan sedang berbaring dan menginjak tanah air sendiri. Oh Indon, (demikian penduduk negeri jiran itu memanggil kita...)
Inilah lyric nya yang hingga kini masih saya hapal
Urip iro nong donya tan lami
Upamane angger menyang pasar tan lomo ing pasar wae
Tan wando lamun mantuk
Mring sangkane wismanyo nguni
Ing mengko haywo samar mring sangkane mau
Yen lali dedalaniro
Yekti siro tan mantuk wismanyo nguni
Temah sasar keblasar.
Kalo diingat-ingat ternyata beberapa baris tembang di atas mempunyai korelasi positif sebagai berikut :
Urip iro nong donya tan lami = hidup Anda di dunia tidak lama.
Alloh SWT sudah mengingatkan dalam firmanNYA yaitu di surah an-Nazi’at(79);46 “ Kaan-nahum yauma tarounaha lam yalbatsu il-la ‘asyiyatan au dhukhaha= seakan sesunguhnya mereka melihat dunia , tidak menetap di dalamnya kecuali (sesaat) dari sore atau sesaat dari pagi.
Upamane angger menyang pasar tan lomo ing pasar wae
Gambarannya engkau pergi pasar tidak lama di pasar terus
Tan wando lamun mantuk
Tidak lama kemudian pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar